Pernah dengar istilah "deres"..? deres yang dimaksud di sini ialah "ambil nira kelapa".
Hanya ingin sedikit berbagi dengan para pembaca di sini ^_^
Langkahnya semakin terdengar jelas,, sosok itu muncul. Seorang lelaki paruh baya dengan alat di pingganggya tergopoh membawa beberapa wadah. Sudah ada 4 ember bekas cat yang terisi penuh nira, lalu diletakkannya di meja kayu tua itu. Ritual pun dimulai.
Dengan cekatan, ia mengambil saringan kemudian menempatkannya di atas bumbung.. "surrr, surr...", terdengar bunyi air nira yang disaring rapih. Kemudian saringan itu meninggalkan benda-benda pengotor seperti bunga kelapa, tawon, & beberapa kupu-kupu kecil yang ingin segera bebas terbang. Ini saatnya membuat api untuk memasak nira. Blarak (daun kelapa kering) yang sudah diikat lalu dinyalakannya dengan korek api, muncul sedikit api di situ, lambat laun makin besar.. ditambahnya lagi blarak tadi, kemudian disusul dengan kayu.. Bisa dilihat asap tebal yang keluar darinya, yang sudah tidak terasa pedih lagi di matanya.
Begitulah terus sampai melewati beberapa tahap hingga air itu berubah menjadi gula merah!
Aku melihatnya, tubuhnya menampakkan kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Itulah penderes. Ia hanyalah sesosok tukang nderes dari beribu-ribu penderes di Indonesia yang notabene banyak ditumbuhi pohon kelapa. Bayangkan, mereka naik dari satu pohon kelapa ke pohon kelapa yang lain, demi mendapatkan air nira. Mereka tahu resikonya, resiko jatuh dari pohon yang cukup tinggi, resiko tertiup angin kencang, resiko luka lecet dan terpeleset dari pohon.. Sungguh, aku merasa mereka membutuhkan teknologi mengambil nira untuk meminimalkan resiko-resiko tersebut. Hei, mereka punya keluarga yang harus dihidupi dari nafkahnya sebagai penderes. Kalau ada teman2 pembaca yang tahu teknologi mengambil nira tanpa harus memanjat pohon, tolong beritahu saya n para penderes di sekitar kalian semua.. Terima kasih..
Salam Long Live Learning!